Fatchul Mu’in

Spektrum pemikiran

Satu Istri untuk Lima Suami

Posted by fatchulfkip on January 4, 2009

Resensi Buku

Judul Buku : Drupadi: Permaisuri Pandawa yang Teguh Hati

Pengarang : Apriastuti Rahayu

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama

Cetakan : Pertama, 2006

Tebal : v + 110 halaman

Peresensi : Fahrina Galuh Larasati

Sastra Indonesia telah dikelompokkan dalam suatu babakan waktu yang dikenal dengan istilah periodesasi. Pembabakan itu berdasarkan norma-norma umum dalam sastra sebagai pengaruh situasi masing-masing zaman. H.B Jasin membabakan Sastra Indonesia dalam 2 (dua) bagian, yaitu; Sastra Melayu Lama dan Sastra Indonesia Modern. Mahabharata, salah satu contoh dari Sastra Melayu Lama, telah banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia. Cerita tentang Pandawa ini rupanya telah mendapat tempat tersendiri di hati para penikmat sastra Indonesia. Kisah yang tersaji di Mahabharata memang sangat unik, terutama kisah kelima Pandawa yang berbagi istri, Drupadi. Melalui buku ini pembaca diajak untuk melihat rangkaian kehidupan Pandawa dari sudut pandang Drupadi, permaisuri pandawa yang teguh hati.

Drupadi, dewi berkulit hitam manis nan menawan lahir akibat dendam Ayahnya, Drupada ke pada seorang sahabat yang telah berkhianat bernama Drona. Ia adalah seorang pendamping istimewa yang rela membagi kasihnya ke pada kelima suaminya, Pandawa. Suatu hari, Duryhodana yang iri terhadap Pandawa, berusaha menjebak Pandawa dengan cara mengajak mereka bermain dadu. Akibat kelicikan Sakuni yang tak lain dan tak bukan merupakan kaki tangan Duryhodana, Pandawa pun kalah. Hingga akhirnya Pandawa dan Istrinya harus menjalani kehidupan sebagai orang buangan selama 12 tahun dan hidup dalam penyamaran selama 1 tahun. Penyamaran itu tidak boleh diketahui oleh siapapun, jika penyamaran mereka terbongkar, mereka harus mengulangi hukuman itu dari awal.

Hiduplah mereka sebagai orang buangan di hutan Dwaita. Hidup mereka penuh dengan kesengsaraan, berpindah dari hutan satu ke hutan yang lain. Setelah dua belas tahun menjani hidup sebagai orang buangan, tiba saatnya untuk menyamar. Tahun ini merupakan penentuan nasib mereka. Drupadi beserta kelima suaminya memilih menjalani masa penyamaran di kerajaan Matsya. Yudistira menyamar sebagai brahma yang bernama Kangka. Bima memilih sebagai juru masak bernama Balawa. Sedangkan Arjuna yang pernah dikutuk menjadi banci oleh Urwasi , menyamar menjadi banci yang bernama Wrehanala untuk membayar kutukan itu. Tidak ketinggalan, Nakula dan Sadewa juga akan menyamar sebagai Grantika dan Tantipala. Begitu juga denga Drupadi yang menyamar sebagai piñata rambut ratu Sudesna.

Hukuman telah berakhir, namun keteguhan hati Drupadi sebagai istri Pandawa masih terus diuji oleh Dewata. Suatu hari perang saudara pun terjadi, perang yang diakibatkan oleh rasa iri Kurawa terhadap Pandawa ini akhirnya dimenangkan oleh Pandawa. Selang beberapa hari setelah memenangkan peperangan itu, Pandawa kembali ke Hastinapura. Di Hastinapura Nampak wajah sedih Drestarasta dan Gandari, orang tua Kurawa. Kehilangan seratus anak sekaligus pastilah berat untuk mereka, apalagi karena semuanya tewas di tangan sepupu-sepupu mereka sendiri. Kini, Drestarasta harus menyerahkan takhta Hastina ke pada Yudhistira. Singkatnya, Yudhistira menjadi penguasa Hastina. Bersama keempat adiknya dan Drupadi, pendamping setia Pandawa, ia memerintah dengan adil dan bijaksana.

Buku setebal 110 halaman ini sudah memberikan informasi yang cukup banyak mengenai kehidupan Drupadi sebagai istri kelima Pandawa. Walaupun, tergolong dalam sastra melayu lama, buku ini disajikan secara ringan oleh Apriastuti Rahayu. Bahasa yang digunakan jauh lebih mudah untuk dicerna dibandingkan dengan karya sastra melayu lama pada umumnya. Namun, bagi pembaca yang sudah pernah membaca kisah Mahabharata versi asli akan merasa kisah dalam buku ini kurang lengkap.

Begitulah Drupadi, pendamping istimewa kelima Pandawa. Sumber kekuatan bagi Pandawa dalam suka maupun duka ini telah membuktikan bahwa Ia adalah permaisuri yang benar-benar teguh hatinya. Bagi para pecinta sastra Indonesia, tidak ada salahnya untuk mengoleksi buku ini. Selain dapat menambah referensi sastra melayu lama, pembaca juga akan diajak untuk memahami kisah Mahabharata dari sudut pandang yang berbeda.

Leave a comment